Senin, 04 Juli 2011

Kehidupan Orang Miskin

SEORANG miliuner AS, Scott Harrison, rela mening-galkan kehidupan mewahnya di New York demi membantu 1,1 miliar orang miskin yang tidak memiliki akses air ber-sih. Berikut kisah pengusaha sukses yang mendedikasikan hidup dan kekayaannya un-tuk orang yang memerlukan pertolongan.
 
Setelah membuang iman Kristennya pada usia 18 ta-hun, Harrison “bekerja dalam keegoisan” selama sepuluh tahun. Dia menjual botol vod-ka seharga $350, mempromo-sikan klub malam dan kegiat-an fashion, serta bergaul de-ngan orang-orang cantik dan tampan. “Saya menjual pela-rian dan kemewahan berle-bihan untuk mencari nafkah,” kata Harrison.

Dia seharusnya bahagia de-ngan kekayaan yang diraih-nya, tapi Harison malah diha-dapkan pada diri sendiri yang menjadi sangat sombong dan egois. Menyadari bahwa diri-nya secara spiritual bangkrut, Harrison mulai membaca buku The Pursuit of God dari AW Tozer dan berdoa.
Namun sebagaimana yang ia ceritakan, ia “minum dan ber-pesta minuman keras di ma-lam hari, tapi berdoa pada si-ang hari.” Tapi Tuhan beraca-ra dalam kehidupannya. Ti-dak sampai enam bulan ke-mudian, akhirnya dia memu-tuskan untuk meninggalkan New York dan mendedikasi-kan satu tahun dalam pela-yanan untuk Tuhan dan orang miskin.
Ia mengajukan diri untuk melayani sebagai seorang wartawan foto dengan Mercy Ships, organisasi amal global yang mengoperasikan kapal-kapal rumah sakit di negara-negara berkembang. “Saya menggantikan apartemen luas di tengah kota untuk kabin berukuran 150 meter persegi dengan tempat tidur tingkat, teman-teman sekamar dan kecoak,” kenangnya.
“Restoran mewah digantikan oleh makan ruang makan gaya Angkatan Darat berisi 400 orang. Dari pangeran di New York, saya tinggal di ko-munitas dengan 350 orang lain. Saya merasa seperti pe-ngemis,” akunya saat itu.
Kapal itu membawanya ke Liberia di mana ia menghada-pi sebuah kemiskinan dan penderitaan manusia yang tak terbayangkan. Tidak ada listrik umum, tidak ada air ledeng, tidak ada pembuang-an limbah dan tidak ada pe-layanan surat. Keluarga ha-rus berjalan berkilo kilometer untuk mengumpulkan air – kotor pada saat itu – dari ko-lam dan genangan air.
catpowerindia1Di sinilah nurani Harrison berkecamuk. Dia pun mende-dikasikan hidupnya untuk orang miskin. Lewat pengor-banannya, banyak keluarga miskin tertolong. Sudah tiga tahun kini sejak Harrison me-mulai Charity: water dan organisasi non-profit itu telah mengumpulkan lebih dari $10 juta, di mana setiap sennya digunakan untuk membantu sekitar 750 ribu orang di 16 negara untuk mendapatkan air bersih dan aman.
Charity: water, yang tidak memiliki afiliasi keagamaan, dimulai pada ulang tahunnya yang ke-31 pada bulan Sep-tember 2006, ketika ia tidak lagi membeli hadiah namun memberikan sumbangan un-tuk pembangunan sumur-su-mur air di Afrika. Sejak saat itu, ratusan orang telah berga-bung, memberikan ulang ta-hun mereka setiap bulan September.
Bulan ini, non-profit itu ber-cita-cita untuk membantu 1 juta orang dengan akses ke air bersih yang membutuhkan sekitar $ 2,5 juta dalam sum-bangan. Ini ambisius, aku Harrison, tapi itu hanya tu-juan jangka pendek. Dia tidak akan berhenti sampai setiap orang di planet ini memiliki air yang bersih dan aman untuk diminum.
Dan dia tidak melakukan ini sendirian. Gereja, sekolah, pe-rusahaan, individu dan bah-kan beberapa klien lamanya yang pernah membeli $350 botol Grey Goose berada di sisinya. “Kami berjalan gerak bawah bukan gerak atas,” jelas Harrison. “Masalah ini hanya dapat diselesaikan melalui jaringan matematis – bukan melalui sumbangan $10 juta tapi dari sumbangan 10 juta $1.”
Selain itu, modelnya yang 100 persen (di mana semua sumbangan diarahkan untuk membangun sumur air) telah membawa orang-orang yang pernah kecewa dengan orga-nisasi amal. Donor juga ditun-jukkan apa yang telah mereka beri di lapangan. Sementara itu, mereka memiliki program yang terpisah di mana donor dapat membantu pendanaan staf dan operasional.
“Saya ingin menciptakan kembali amal,” kata Harrison, yang timnya baru saja pindah ke ruang kantor yang lebih be-sar di New York. Mereka tum-buh 300 persen setiap tahun dan untuk tetap di jalur telah menjadi tantangan.
Selama beberapa tahun ter-akhir ini, Harrison melihat jawaban doa yang luar biasa dan imannya telah benar-be-nar tumbuh. Meski pun ribu-an nyawa telah dia bantu, Harrison masih memiliki sikap rendah hati.
“Saya … belajar bahwa Allah tidak mecatpowerindia1mbutuhkanku untuk mendapatkan air bersih un-tuk orang-orang yang mem-butuhkan. Saya merasa su-kacita Dia memperbolehkan saya untuk menjadi bagian dari hal ini, bukan karena sa-ya sangat diperlukan,” kata-nya.
“Suatu hari nanti saya akan bertanggung jawab atas se-mua yang sudah saya kata-kan dan lakukan. Aku ingin itu berjalan dengan baik,” katanya.